Collection of The Lost Poetical Poetry

Written Originally By Herman Nz
Lost Poetical Poetry
adalah sebuah Collection of Poetical Poetry yang lebih mengedepankan aspek Realistic tanpa meninggalkan aspek idealistic. Bisa ditemukan diantara percampuran keduanya .. sehingga membuahkan kengerian, asmara, pengharapan dan bahkan sedu-sedan ...

Dengan Lost Poetry, kami berharap, Anda menemukan aspek lain dari sudut Simple Contemporer Poetry tapi penuh gejolak.

2013
Herman Nz

Sunday, August 31, 2014

Kelakar Sang Badut

Kutelpon dia
berbisik suara diseberang sana
mendayu-dayu
menggugurkan pucuk senapan
meletus dan bertebaran

kau angkat telponku
janji kita tuk menghibur anak-anak tangga
di taman bhakti kencana sang hyang
mengumbar nafsu, mengumbar cerita
cerita dari buah janji kita
menghibur anak-anak tangga

kau tidak datang hari ini
sendiri aku di taman
menghibur sendiri
mengusap tangisku sendiri
mengubur photo-photo
membakar harapanku dan kamu

Tiada jua kehadiranmu
janji tuk hibur semua anak-anak tangga tetangga
gagang telpon pun telah kau taruh
hanya denging pedih ku dengar
sayup-sayup kau berbisik

"Selamat tinggal, sayangku"

#Note: Aaaaaaaarghhhhhhhhhhhhhhhh !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Karya: Herman Nz. 6.54 PM, 31 Agustus 2014

Saturday, July 26, 2014

"RUL"


26 July 2014
karya: Herman Nz p 11.41 PM

sungsang bumiku bundar
menjerat-jerat ketupat lebaran
menyinggung tiap sudut derajat
melangkahi dari kutub ke kutub
pongah bukan sombong
ada cermin tersingkap indah

sungsang bintang gemintang
menelungkupi terjunnya sang gurita tua
mengendap-endap
menguap
menggurui bayang
menuruni tangga bata
mengaspali lebarnya telaga

sungsang lidahku kelu
memutarbalikan matinya waktu
membuat sekarat bintang disampingnya
hanya tuk lampaui angkasa raya
dengan satu telunjuk kemerahan
dengan detakkan jantung tak terhentikan
dengan selimut tipis berbercak embun
dengan hampa
dengan tiada
dengan sempurna

semaput sejenak
lalu bantahkan kata perbintangan
"rul"
"dia memang begitu"

:D

Thursday, July 24, 2014

Mantra Maut

Selasih renggut gula batu
berkilau-kilau lau lau
mengupas diri rirrrrrrr i
menghela panas sempati simpati sumpahti

lau lau belalau
kalau silau pulau surau
kudapat pat tanduk ku kilau
sumpahku karat rat bar rat bar

dum lau dum lau
keladi bungkuk arung rampai
siapa tekantip nekup kup kup
burrrrrrrrrrr jadilah!

Karya Herman Nz.
25 July 2014 - 1.40 AM

Wednesday, July 23, 2014

POLITIK

Karya: Herman Nz (24 July 2014 - 8.17 AM)

Ada suara membahana
berputar tujuh kali
mengusik ibu-ibu tua meninabobokan anaknya
kurus, lurus, tak terurus.

Ada khabar dari seberang
menyandang senapan laras panjang
mengendarai anak kuda
menggonggong setiap sudut kota
mengurung pelayan-pelayan muda
mencumbu asap-asap
meniduri lintasan kereta

Satu jatuh, menggumpal panas
Dua terhenyak, menggigit daun pintu
Tak terhitung! menjahit petak-petak baju kurung
lusuh menggantung disisi tepian gunung

Tik! Pol Tik Polllllllllllllllllllllll ...
kuduk berdiri saat pol di kitik-kitik
ada itik melintas di tol
mengguratkan putih-putih di tiap tik dan pol

Aduh, busuk bau badanmu!
jangan mendekat!
jangan melekat!
jangan menggugat!
angkat tinggi-tinggi
dan banting sekeras-kerasnya

Dasar kau, tik!

Buat: Politikus yang mengatasnamakan Rakyat dan Agama (TOPENG)
Also posted on facebook

Friday, July 18, 2014

Senandung Mahakam


Kau tanya padaku kemana jalan yang kutempuh
takdir merendah dihadapanmu
menjulur lidah kehausan

Jangan kau idamkan impianmu
itu kan cabut ruhku
menghilangkan jejak-jejak kita
yang terukir di indahnya pematang selendangmu

Sertakan aku dalam perjalananmu
dengan tersimpul janji
yang dulu pernah kau ucapkan
dihadapan ketidakberdayaanku
dihadapan telinga yang selalu berdengung
dihadapan keniscayaan kamu dan aku

Andai telah lelah perjalanan mengitarimu
masih tersisa lantunan mahakam
biarkan diriku senandungkan untukmu
seperti yang pernah kau lagukan dulu
disaat menjelang tidurku

Monday, February 24, 2014

Larut Malam

Putih sekujur tubuhku
peluh berkejar-kejaran
menetapi tiap kunjungan makamku
kau hadir disampingku saat itu
walau hujan menerpa rambutmu

kupejam mata
lembayung layu dipelupuk mataku
pelan dan sirna
dan tak pernah lagi kunjunganmu menghangatkanku
bagai pertapa hilang tanpa khabar
berurat akar, berbalut belati

batu nisan belum juga tertulis namaku
sudah kau ukir aku dengan keangkuhanmu
dan biarkan aku tertidur disini
sendiri

Dan,
kau nikmati kejatuhanku
saat sibukku menghalauku mengingatmu
ada penghianatan tak termaafkan
bualan cinta yang tersayat
pendam sesak nafas
pendam resah gelisah
terima takdirku
walau tinggal sisa dipenghujung usiaku

# 24-Februari-2014
For someone I love so much

Thursday, February 13, 2014

"Teras Ruin"

Karya: Herman Nz.2014

hujan diteras rumahku
melalui penampang lidahku yang kelu
mengeluarkan lentera yang padam
menggumam ditengah malam

terkatup ujung jemariku
menepuk debu sekuat-kuatnya
melebur timah
menggunting suratku
meneduhi teriknya mentari
menggulung awan membiaskan sinarnya

teras ruin,
pelataran pandangan diujung netherland
tinggal puing-puing
berserak tanah pemakaman
mengangguk pada setiap pejalan kaki
tertunduk malu
bersisa tak berpendar

netherland pemberhentianku terakhir
tarik selimutku memandangi lintasan kereta api
dibalik jendelamu
kusibak kegalauan
lenyapkan semua asa
melepuh, berganti pori-pori
bagai biduk
berhenti di dermaga
tanpa tau harus kemana

#Sleeping for cold night

Friday, January 10, 2014

Duka Dupa

Duka hati duka tulang
membeku mengukur derajat tanggamu
menjulang ke langit
mengakar dipematang bumi
rendahkan yang rendah

kebul asapmu
mengulang-ulang riuh rendah
menghimpit dada-dada pejalan kaki
menghimpun dupa-dupa duka

dukaku dukamu
ada duka dalam luka
mengucap mantera dalam tidur
mengurai kelamnya silam
dalam bias-bias kaca

duka dupa
dalam dupa ada duka
duka dupa
duka
dupa

Time: hnz_100114-Bukit Kemuning

Thursday, January 2, 2014

"Kamu"

kudesak rembulan
kupaksa angin
tiupkan reruntuhan hingga kesini
terangi aku direruntuhan paku payung
mengecat lentera agar lebih terang
menghalau angin dengan dadaku
tak bergeming se-inchi-pun
tak bernafas sehirup-pun

kutiduri malam
mengundang banyak tanya
menghimpit dada-sesakku
mengumamkan kesia-siaan
berebut roti berbelatung untaian rambutmu

kuhiasi merpati
kulintasi sayap demi sayap
kuregang jua paruhmu
meletup keras
menghujam sumsumku
hilang dan fana

kamu
ada aku dibalik selendangmu
menunggu sangkakala
menggunjingkan dedaunan
merajut selendangmu
menghiasinya dengan gumamanmu tadi malam

ah, kamu

For: Permaisuri Herman. Never Leave you forever. Januari 2014
feeling loved with Permaisuri Herman at Bukit Kemuning, Lampung Utara!

Popular Posts