Collection of The Lost Poetical Poetry

Written Originally By Herman Nz
Lost Poetical Poetry
adalah sebuah Collection of Poetical Poetry yang lebih mengedepankan aspek Realistic tanpa meninggalkan aspek idealistic. Bisa ditemukan diantara percampuran keduanya .. sehingga membuahkan kengerian, asmara, pengharapan dan bahkan sedu-sedan ...

Dengan Lost Poetry, kami berharap, Anda menemukan aspek lain dari sudut Simple Contemporer Poetry tapi penuh gejolak.

2013
Herman Nz

Thursday, November 28, 2013

"Aq ternyata lemah" By Herman Nazareth

Sudahkah sampai khabar burung itu
dengan sayap patahnya, terbang di ketinggian
menukik tajam, menghilang
bukan lupa tapi gundah gulana

sudahkah sampai tongkat nadiku
menyeruak puah dikandung badan
menyerupai tupai-tupai kelapa hijau
mengikis d\pelepah, bak kurma masak
menenggelamkan rang-rang dalam manisnya
mengungkap mantera
menebar jala
saat kulitku terkelupas oleh kagummu

sudahkah sampai perahu apungku
mengumbar ikan dekat-dekat
menjala puah dikandung badan
menyerupai lumba-lumba nan indah
hidup bercakar singa, jalan berterompah baja
bersandar aku dibuaimu
menghirup rindu, mengokang pilu
kau hadir
sempurnakan kelemahanku
yang ternyata aku lemah
menggugah setiap derap kaki penjajah
tuk dengarkan serunai panjang
mengukur setiap pejalan kaki
dalam siang dan malam
dalam hampa namun terang
dimana engkau kini berada

aku sampai di sapu tanganmu
membawaku terbang bak permadani aladin
menyiasati para tukang-tukang sihir
membeku batu berkarang sendu
puah!
aku disini
masih bertengger didekatmu
saat ku sadari
betapa lemahnya aku

For Myself - Mirror for my Faradillah Nic
Spanyol Utara, 2013

Wednesday, November 27, 2013

Dillah Part Two

Aku adalah usiaku kini
ditaburi serbuk mesiu kehitaman
tergolek lemas disudut pelataran manusia
mencoba beranjak
mencoba berdiri sebisaku
menderap langkah pelan-pelan
berjenggot putih
meringkuk dibalik jeruji malam

Dillah,
aku mulai pudar kini
tiada harapan bagi sang developer
tanpa nama, tanpa banner
berakhir diujung penantian panjang

Dillah,
aku fulan bin fulan
kunjungi pemakaman
goreskan cinderamata dibalik nisan
dan berkata: "kapan giliranku?"
suap malaikat
dengan seonggok pengakuan

Dillah,
Terimakasih buat sapu tanganmu
kusimpan rapi ditepi penatku
agar hilang lusuh peluhku
meratapi kehadiranmu

Dillah,
bila jawab sudah bertengger dipematang
melingkari setiap jengkal lelahku
terbanglah engkau kesetiap penjuru
dengan sayapmu, dengan remajamu

Dillah,
namun, bila telah lelah engkau terbang
dan dunia biarkan kau hampa tanpa apa-apa
hinggaplah dirantingku
yang telah kusediakan dari dulu
saat kau hadir tanpa nama
tanpa banner
sepertiku, seperti itu jua katamu

For Faradillah Nic: Jawab aku.
Bukit Kemuning, Lampung Utara!. 2013

Tuesday, November 26, 2013

"Muatan Lokal vs Prakarya" By Herman Nazareth

Balonku ada lima
rupa-rupa warnanya
hijau kuning belati
kau gigit jari-jari
jari-jemari anak-anak bangsa
jari-jari roda pedati
jari-jari RCTI
jari - jarene

balonku ada dua
dua-duanya ku suka
mirip metamorfosa
fosa anak, fosa bapak
fosa bangsa
fosa dunia
fosa perempuan-perempuan tak berdosa

hukuman apa buat balonku?
hukum ditegak-tengokkan
aturan dilurus-bengkokkan
kedipan melotot
persis kuda bego

cacian dihamburkan
fosa anak, fosa bapak
guru meringis-ringis
murid merintih-rintih
mana pintu, mana jendela
aku harus keluar lewat mana?
lewat kepala aja
ada satu kutu disana
sukarela jadi balonku
biar kutusuk dengan jarumku

Duarrrrrrrrr!!!

For: "Best of the Beast of Edu Gov"
"Nek arep ngatur pendidikan mbok sing bener tho"
"Nek wes munggah, lakone jan ... ra ketulungan"
Eropa Barat, 2013

"Zamanku Zamanmu" By Herman Nazareth

Zamanku zamanmu
zamanku zaman-zamanan
zamanmu zaman mainan
zam
man
zaaaaaammmmmmm
mpppptttttt
aaaaaaannnn

kerbo pake topeng
dikejar-kejar zaman topeng
topeng peng peng
bul kedibul
kedibul topeng
banjur keblinger

mar samar sam dan mar mar
putih berkilau-kilau tersamar-samar
benar samar
salah mar mar
mar disamarkan
lah dibernarkan
bul kedibul
kedibul topeng
banjur keblinger

nguik seruling babi
bul kedibul
kedibul topeng
banjur keblinger

grooooookkkk dengkuran maut
bul kedibul
keblinger hancur lebur
malaikat maut bikin sekujur kejang-kejang
mati dalam zaman
zaman mati
tersamar-samar

keblinger!

For: Anyone who loves "Evil"
Eropa Tengah, 2013

Kau

kau
dikau
engkau
wanitaku-wanitaku

kau pejam, aku pejam
kau cemberut, aku cemberut
kau simak, aku simak
kau melempar, aku melempar
kau jatuh, aku jatuh
kau rindu, aku rindu
kau cinta, aku cinta
kau sayang, aku sayang

kau bilang kau ini
aku bilang aku ini
kau kau
aku adalah kau

manakala datang kau
kusambut hangat kau
manakala pergi kau
kuiringi kau kau

bulan tercengang
mentari redup
sungai-sungai kering
lautan tawar
merapi meratap
burung-burung bisu
pepohonan layu

dalam ini dalam jiwa
hanya ada kau dan kau

Buat: 2 makhluk istimewa.
Amin.

Lelah

Gemerutuk gigiku
patah-patah
patah tulangku
patah kakiku
patah jemariku
patah-patah, tanpa ampun
patahku patah istriku

sayang ...
aku harus pergi
walau patah-patah
lelah dan patah
patah-patah
lela-h h h h h h h h
pat-tah tah tah

Aku pergi!

By Herman Nazareth
Karena tak tahu bagaimana menghadapimu.

"Dillah"

Ada kelopak berembun
jatuhkan tetesan sejuk melintasi urat dedaunan
pungkiri kemustahilan
lemah tersandar
biarkan angin menerpamu
tertengadah pasrah qadar sang pencipta

Dimanakah kepekatan malam-malammu
jejali bunga dengan indahnya rimbunmu
merentas asa tak berduri
mengubah warna-warna pelangi
mendaur jingga reruntuhanmu
mengendap dihatimu
bersemayam aku dalam jiwamu

Bila layarku telah terkembang
kupetik jua kelopak itu
kurentas lagi dalam jiwaku
berlabuh
didermaga "Mirah" ku kan bersandar
menapaki tanah yang kuimpikan

Ada kelopak masih berembun
sejuk dimataku
berhias bunga
bertonggak kokoh pohon oak-mu
berikrar janji setiamu

By Herman Nz
For Someone out there: Pelabuhan Mirah, East Java
12 November 2013 - Bukit Kemuning

"Permaisuri Herman"

Lelah jalanmu
renta jubahmu
bertopang dagu pematang sawah
berpeluh luka mengalir deras
diatas jembatan yang kian patah

tapak kakimu melintas
mendobrak segala
meremuk dada, menikam tiang-tiang gantungan
melepas para penjahat liar
berjalan kecil sebrangi lautan ganas
hanya untuk mengikatku
mendulang kerinduanku

aku lihat
betapa keberkahan melintasi urat nadimu
mengurung keletihan demi keletihan
mendekap malam demi malam
mengurai salju bagai mentari tajam
menukik redam hatiku
mengulas senyum demi tegaknya aku

aku dengar
derapan itu belum hilang
mendekat tiap detik
mengangkat tinggi-tinggi diriku
mengakar dalam-dalam
tak mampu tercabut
bahkan oleh halilintar sekalipun

aku jiwaku
berdetak jantungku karenamu
mengukir namamu dihatiku
mengikat janjimu hingga matiku
meninggalkan debu berganti rindu
berikrar kaulah cinta matiku

By Herman Nz
For Someone out there: Tempuran- MAGELANG, Cental Java
12 November 2013 - Bukit Kemuning

Kertas

Tersepuh debu menggelepar
diatas karamnya kapalku
Terengah-engah antara birunya ombak
siap telan aku
bermuaralah semua gemuruh
sapu aku
berikrarlah pedih,
sisakan secarik kertas
kertas yang dulu kau tinggalkan

rekahan karang sudah hanyut
ditarik-tarik ombak buaian
dalam pandangan samar-samar
embun duduk dalam dupa
dupa nanti, dupa dulu
ada yang masih kau bacakan
saat mantra menghinggapi pundakku
menggapai-gapai kebiruan
keangkuhan yang renta
mendulang kehampaan malam

ada secarik kertas disini
tinggalkan tinta-tinta tercecer
menggores diri
menikam, remukan jari jemariku

ada secarik kertas disini
tinggalkan butiran tanah
menggumpal keras dikepalku
kuangkat tinggi dalam takbir illahi
"Izinkan aku tuk gapai cita-citaku, ya robbi"

Buat: Ari, Malam ini: 3 November 2013
Magelang, Medan, Lampung Utara.
Karya: Herman Nz

"Penyakit Hati" By Nezindamiley - 13 June 2013

berbagi batu-batuan
dibelakang karang, kukarungi pasirmu
bersenda dalam gurauan
tepiskan ratapan ngilu, membumbung tinggi
membakar sekar pelangi, hinggapi kecapaianku
warnai aku,
sepuh kebiru-biruan
walau pucat jua angkuhmu

bukan belati yang membelah dada
bukan pula seperiuk beras jejali leherku yang jenjang
bukan tuk sembunyikan curi-ku dari curi-mu
bukan, tak!, bukan aku ...
tapi kamu!
suapi lidah julurku
melintang pukang, kejang
tiduri pasrahmu
dadaku retak karenanya
terjerembab dalam jamban malu
berdentum dalam nyanyian-nyanyian sepiku

kau karungi aku diam-diam
sunyikan aku pelan-pelan
ikatku erat redam-redam
agar tiada lagi payahku
meminta iba dari payahmu

Bukan kelakar yang hadir
terbang lesat bak kelelawar malam
terobos ruang waktuku
hanya tuk hisapi api unggun, sajianmu
hanya tuk banjiri aku, peluhmu
tuk sekedar lupakan, sekejabmu
aku tidur membuai kulitmu
membuai ringkih tulangmu
membuai-belai rambut putihmu

masih berbekas, bernoda, disitu
dalam anggukan widuri malam
menyemut hitam, memperkelam terangku
kudapati aku
jauh membentangmu
dalam pisah yang tak terbendungkan

Written Originally by : Herman Nz

Seseorang

berlabuh ke dermaga
berkabut lautanku, aku terhenti
rasaku tak lagi ada
aku terhenyak
menggapai permata, didasar samudra
hanya tuk menikmati
indahnya putri betik mentari.

kuputar haluan, hentak!
patah
berlabuh aku
berlabuh kini,
aku disini
di hitamnya rambutmu
arungi ombak, yang tak mungkin reda
tersingkap aku diantara remah-remah, kosong
gertak aku dengan batu karang
penuhi telingaku, dengan tawamu

saat badai usai sudah
ingin kusunting sekuntum rindu
berlayar tanpa awak
berlabuh tak berujung
bersandar tak berdermaga
dan,
biarkan aku, gantungi engkau
dengan riaknya
dengan tenangnya
dengannya ku tenggelam
denganmu
asaku bersayap
lintasi setiap pematang
jejaki kebimbangan
singkap tabir-tabir angan
tuk untai satu kata
"Betapa aku menyayangimu"

Tonight: Between East Java and North Lampung
— at Nganjuk, Jawa Timur - Bukit Kemuning, Lampung.
Karya: Herman Nz

Realistis

Sempurna kakimu berpijak
sisakan mentari redup
ciptakan dedaunan berembun sunyi
bercap tapakmu
sunggingkan seutas senyum kecut
hadirkan diri dibalik awan
kusutkan selimutku yang dulu hadiahmu

terawang hampa mataku
melantunkan dendang senyap
walau malam telah usai
tidurku masih saja terjaga
penuhi istanaku
dalam-dalam

kau letih, sayang?
masih ada roti kemarin disini
yang kau buang saatku butuh
bila kau tak suka
laparku bersaing dengan dahagaku

Sayang
dalam-dalam
reruntuhan rambutku
terikat sapu tanganmu
kurindu tiap pagi dan petang
ku pandang lekat-lekat
masih ada kerinduan tersisa
masih ada ...

Karya: Herman Nz. Oktober 2013
For Faradillah Nic

Oak

Kau tanya padaku tentang rerumputan
bayi lahir tak mungkin berjubah sutra
kau tanya padaku tentang bebatuan
tak mungkin ada kuda bersayap
kau tanya lagi padaku tentang aku
tak mungkin hadirmu disini
kau tanya dan tanya
tanya berbalas tanya
kuusap tanya dengan tanyamu
tanyaku tak pernah tanyamu
andai tanyamu ada
tanyaku tak ada
serumpun berbeda tunas
berpatah-patah rantingmu tanyakan aku
ada daun yang jatuh
kau tanyakan kemana ia jatuh
andai tanyaku mesti tanyamu
tak mungkin tanyamu menanyaiku
Oak !!!

Karya: Herman Nz
29 October 2013 - Bukit Kemuning

.................................

Belum usai ku berkabung
sebilah pedang berkilau dimataku
serpihan tulang tengkorak berserakan
hiasi rumahku
dimana kau ada disitu

belum usai ku berperang
reruntuhan tanah membumikanku
menelanku mentah-mentah
mengoyak tubuhku
luka-luka
luka-luka

walau darahku belum kering
airmataku belum reda dari derasnya
nyanyianmu tetaplah indah ditelingaku

walau harus tertumpah lagi darahku
aq tetap mencintaimu


For someone I adore till the end of the world
FN

Karya: Herman Nz

Reruntuhan

Dulu, aku singgah
mencari butiran pasir buat makan anak istriku
mengais bersaing dengan ayam-ayam kelaparan
mengubah pelangi menjadi putih kecoklatan
mengalirkan hujan
membendungnya dan membiarkannya mengalir
kau datang mengikat kekang kudaku
melepaskannya dipadang plosogede
merapat diantara pejalan kaki
kau ulas senyum saat itu

jalanku goyang
ada belukar mengikat jemari kakiku
singgah aku
berlarian kecil
kuketuk berkali-kali pintumu
mengharap ada lentera menerangiku
malam itu
walau kilat berkilau
menyinari gerai rambutmu
dalam-dalam, pekat, tak padam tak pudar
sandaranmu mengingatkanku
pada gaung salju meratapi hangatnya mentari

bila dengkuran langit riuh rendah
reruntuhan menjadi-jadi
kau rekatkan kembali lembaran itu
melukai tiap sudut goresan penaku
mengurai bejana-bejana emas
mempersembahkan padamu
akan kesusahanku
akan rintihanku
akan kelaparanku
akan kesakitanku

reruntuhanku
menjawab semua apa keinginanmu

Buat: AriesCha - Karang Sanggrahan, 2013
Original Poetry written tonight by Herman Nz

Popular Posts