Sutardji Calzoum Bachri (lahir di Rengat, Indragiri Hulu, 24 Juni 1941; umur 71 tahun) adalah pujangga Indonesia terkemuka. Setelah lulus SMA Sutardji Calzoum Bachri melanjutkan studinya ke Fakultas Sosial Politik Jurusan Administrasi Negara, Universitas Padjadjaran, Bandung. Pada mulanya Sutardji Calzoum Bachri mulai menulis dalam surat kabar dan mingguan di Bandung, kemudian sajak-sajaknyai dimuat dalam majalah Horison dan Budaya Jaya serta ruang kebudayaan Sinar Harapan dan Berita Buana. (Kutipan dari Wikipedia.org).
Karya Sutardji Calzoum Bachri terasa sulit untuk dimaknai oleh karena mengandung istilah dan pemekaran-pemekaran dari setiap bait puisi. Tanpa diiringi oleh seorang pembaca puisi seperti yang pernah dibaca secara langsung oleh Sutardji C.Bachri .. Proses pemahaman menjadi demikian sulit.
Menurut WS.Rendra salah satu pujangga perpuisian Indonesia pernah menolak penerbitan Karya Sutardji di Majalah Horizon, yang saat itu merupakan media penerbitan dunia sastra dan perpuisian yang terkenal di Indonesia, oleh karena tidak memiliki nuansa perpuisian seperti pada zaman Ws.Rendra. Hal ini pernah terjadi juga dahulu saat Sutan Takdir alisyahbana menolak penerbitan puisi karya Khairil Anwar. Akan tetapi, Taufik Ismail bersikeras untuk tetap melakukan penerbitan karya itu.
Pro-kontra tersebut adalah hal biasa dalam dunia perpuisian oleh karena latarbelakang dan pengaruh lingkungan, kultur dan sosio-politik saat itu jelas menjadi warna bentuk dan raga puisi yang muncul kepermukaan.
Penggunaan kata dan seleksi kata yang sangat asing membuat karya Sutardji C.Bachri seakan-akan tidak mencerminkan sebuah puisi. Padahal didalamnya mengandung inti dari kehidupan saat itu dan apa yang mencandai pemikirannya. Hal ini pernah terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Badan Pengembangan dan Penelitian Bahasa dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, bahwa Penelitian ini menggunakan pendekatan struktural-semiotik. Pendekatan struktural dilakukan untuk mendapatkan makna muatan kata secara menyeluruh. Pendekatan semiotik digunakan dengan harapan segala gejala yang terdapat dalam struktur yang membangun puisi dapat ditandai sehingga dapat dicari makna muatan kata-katanya yang lebih tepat. (kutipan dari: http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/651).
Perhatikan dan coba maknai suntingan bait puisi dari Sutardji Calzoum Bachri berikut ini:
Judul: O
Karya: Sutardji Calzoum Bachri
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau
resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian
maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasiasia siabalau siarisau
siakalian siasiasia
waswasku waswaskau waswaskalian
waswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu
duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong orisau
oKau O....