kupaksa angin
tiupkan reruntuhan hingga kesini
terangi aku direruntuhan paku payung
mengecat lentera agar lebih terang
menghalau angin dengan dadaku
tak bergeming se-inchi-pun
tak bernafas sehirup-pun
kutiduri malam
mengundang banyak tanya
menghimpit dada-sesakku
mengumamkan kesia-siaan
berebut roti berbelatung untaian rambutmu
kuhiasi merpati
kulintasi sayap demi sayap
kuregang jua paruhmu
meletup keras
menghujam sumsumku
hilang dan fana
kamu
ada aku dibalik selendangmu
menunggu sangkakala
menggunjingkan dedaunan
merajut selendangmu
menghiasinya dengan gumamanmu tadi malam
ah, kamu
For: Permaisuri Herman. Never Leave you forever. Januari 2014 —
No comments:
Post a Comment
We Love Messages! Leave us an interested message!